Awuta merupakan salah satu permainan tradisionah yang mulai mengalami kepunahan. Permainan ini merupakan sejenis permainan congklak. Dahulu permainan ini hanya dimainkan ketika dalam suasana berkabung saja, misalnya ketika seseorang meninggal dunia. Awuta sendiri berasal dari kata Huta yang berarti tanah, yang bermakna segala sesuatu yang hidup nantinya akan kembali ke tanah. Sama seperti permainan coklak pada umumnya, permainan ini juga dimainkan oleh dua atau tiga orang anak. Umumnya anak – anak yang memainkan permainan ini berkisar 5 – 12 tahun. Permainan biasa dilakukan di bawah rumah panggung, dengan menggali tanah menjadi 12 lubang kemudian diisi batu secara bergatian oleh pemain. Apabila batu terakhir berada pada lubang yang kosong, pemain mengucapkan “Denggu” , yang menandakan permainan telah usai, kemudian diulang lagi dari awal. Begitu pula seterusnya. Sumber : http://degorontalo.co/sepuluh-permainan-tradisional-gorontalo-ini-nyaris-punah/ dan http://beautiful-indonesia.umm.ac.id/id/foto/jelajah-daerah/gorontalo/awuta.html
Jika di Manado Sulawesi ada masakan paniki makan di Kalimantan Tengah ada Bangamat. Bangamat adalah makanan yang terbuat dari kelelawar. Daging kelela [...]
Baca SelengkapnyaMasjid ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M), atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Pelaksanaan pembangunannya m [...]
Baca SelengkapnyaTaman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja terletak di pusat kota Manokwari. Tempat ini memiliki fungsi utama untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindunga [...]
Baca SelengkapnyaBereguh adalah alat musik trasional dari provinsi Aceh yang memilki bentuk yang unik. Beruguh sendiri merupakan sejenis alat tiup yang terbuat dari ta [...]
Baca Selengkapnya
Komentar